Jumat, 17 Januari 2014

Tentang sebuah Novel


Hari sabtu tanggal 31 Agustus 2013 lalu, saya menyambangi sebuah toko buku di banjarbaru, ini kebiasaan saya, setiap bulan saya biasa membeli minimal satu buku, bukan sekedar tentang hobby, tapi lebih tepatnya menggali ilmu lewat buku, belajar memahami maksud yang ingin disampaikan penulis lewat bukunya. Dan pada hari itu, tanpa sengaja saya melewati rak buku-buku fiksi dan novel. Disana ada yang menggelitik hati, sebuah buku yang lumayan tebal, ternyata itu sebuah novel karangan penulis yang terlihat asing bagi saya, nama penulisnya Reza Nufa, dari sampul belakang buku tersebut terdapat berbagai komentar dari para penulis, seniman dan jurnalis . Menarik, itu kesan pertama saat saya melihat buku itu. buku tersebut berjudul HANIF, Dzikir dan pikir. tanpa berfikir panjang saya langsung membelinya bersama dua buku lainnya (sepotong hati yang baru dan berjuta rasanya karangan Tere Liye).
Tanggal 03 September saya tamat membaca buku Reza Nufa tersebut, dan komentar saya adalah :
1.  Buku itu keren dan saya sangat kagum dengan cara penulisnya menuangkan berbagai   konflik dan karakter tokoh-tokohnya, apalagi debat-debat yang dituangkan terlihat sangat cerdas, belum lagi konsep yang dibawa penulis adalah tentang agama.

2.   Hanif sebagai tokoh utama di novel itu dikisahkan sebagai mahasiwa yang kritis, cerdas, dan menangkap realitas agama yang terjadi di masa kini, dimana agama sudah diberhalakan, agama bukan lagi sebagai wadah perdamaian, tetapi wadah kebencian dan permusuhan. Kitab suci dibakar atas nama agama, dan seseorang melakukan aksi  bom bunuh diri atas nama Agama.

3. Reza Nufa apik merangkainya menjadi sebuah novel yang mengajak pembaca untuk menilai semua agama dari sisi yang objektif dan positif, mengajak pembaca untuk tidak hanya shaleh secara ritual, tapi juga shaleh secara sosial.

Dan berikut adalah salah satu Kutipan tulisan di dalam buku tersebut yang saya sukai :

           "Konon Dajjal akan muncul diakhir zaman.
Dia bermata satu dan memiliki kekuatan yang besar.
Jangan-jangan kitalah Dajjal. 
            Manusia mayoritas dari mahluk yang hidup di bumi ini,
Punya kekuatan yang besar, akan sampai pada masa di mana melihat semuanya dengan sebelah mata.

Mata Satu yang harusnya dua, simbol hilangnya keadilan dalam memperlakukan sesama makhluk, baik di hadapan pribadi maupaun hukum bersama.
.....
Mata satu yang harusnya dua, simbol semakin sempitnya cara pandang.

Mata satu yang harusnya dua, simbol hilangnya keseimbangan.

Maka benarlah, Dajjal jadi bukti datangnya hari kiamat, sebab kemanusiaan telah dibunuhnya lebih dulu".


Dan hebatnya seminggu kemudian, saya chat dengan penulisnya, seperti yang sudah saya duga, Reza Nufa adalah jelmaan sosok “hanif” itu sendiri, dia ramah, kritis, dan cerdas.  Menurut keterangannya tokoh Hanif di novel itu tidak sepenuhnya jelmaan sosoknya, tapi itu hanya bagian dari tokoh imajinasinya. Dan saya tetap tidak percaya. Hehe..
Anda penasaran  dengan novel tersebut ? dengan senang hati saya akan menjabarkan sedikit tentang kisah di novel itu.
Begini, novel itu menceritakan tentang mahasiswa di salah satu universitas islam negeri di Jakarta, mereka adalah Hanif (si tokoh utama), idam, Disti dan Dinda.
Pribadi hanif yang kritis dan cerdas, membawanya pada pemahaman-pemahaman yang objektif tentang agama, juga membawa hanif menjadi pribadi yang siap mengajak berdiskusi tentang agama kepada siapapun (termasuk ayahnya yang berfaham ideologis), keresahan hanif akan perkembangan negerinya dan dunia akibat ‘penyalahgunaan agama’ membawanya pergi meninggalkan sahabat dan orangtuanya menuju tempat-tempat baru dan asing baginya. Perjalanan-perjalanan yang menurut saya cukup seru untuk disimak (karena terdapat pesan baik yang ingin disampaikan penulisnya).
Lantas apa sebenarnya yang Hanif cari dari perjalanan itu? mengapa hanif disebut-sebut sebagai seorang “kafir bersarung” ? nah.. untuk lebih jelasnya silahkan anda membeli buku tersebut sekarang juga. Dijamin anda tidak akan rugi. Buku ini cocok semua kalangan.
Mungkin cukup sekian yang bisa saya sampaikan, (menirukan gaya bahasa Bu RT saat menutup pidatonya), hehehehe.. semoga bermanfaat ya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar